Sepatu Bata, Pernah Berjaya hingga Tutup Pabrik di Purwakarta

JAKARTA – Bata mungkin merupakan salah satu sepatu paling terkenal di Indonesia. Hal ini tidak mengherankan, karena sepatu Bata telah hadir di pasar sepatu di Indonesia selama lebih dari 80 tahun.

Banyak orang menganggap Bata sebagai peralatan rumah tangga sungguhan. Padahal, sepatu tersebut berasal dari negara Eropa bekas Cekoslowakia yang didirikan oleh keluarga Tomas, Anna, dan Antonin Bata.

Karena berbagai alasan, Bata pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1931. Masuknya Bata ke Indonesia diawali dengan kerjasama Bata dengan NV, Dutchch-Indisch, sebagai produsen sepatu untuk memproduksi alat ukur di Tanjung Priok.

Sekitar 6 tahun kemudian, Tomas Bata membangun pabrik sepatunya di tengah perkebunan di Kalibata. Selain itu, produksi sepatu dimulai pada tahun 1940-an.

Sebelum tahun 1978, status Bata di Indonesia adalah perusahaan pemasaran luar negeri (PMA), sehingga penjualan langsung ke pasar dilarang. Bata dijual melalui agen khusus secara konsinyasi. Kedudukan para pemegang saham tersebut berubah pada 1 Januari 1978, ketika izin usaha Bata “dialihkan” kepada mereka dan PT Sepatu Bata menjadi perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Bata masuk dalam daftar produsen terbesar di Indonesia yang memproduksi sepatu yang dapat digunakan oleh semua kalangan. Keluarga Bata beroperasi di 4 pusat bisnis internasional, yaitu Bata Eropa, Bata Asia Pasifik-Afrika, Bata Amerika Latin, dan Bata Amerika Utara.

Produk mereka tersedia di lebih dari 50 negara di seluruh dunia dan telah menjual ribuan sepatu sejak pertama kali dibuat.

Namun keindahan Bata di Indonesia mulai memudar seiring dengan sejarahnya yang panjang. Belakangan ini Bata terpaksa meninggalkan pekerjaannya di Purwakarta karena minimnya pesanan. Permintaan konsumen terhadap produk alas kaki Bata dari pabrik ini dikatakan mengalami penurunan.

Sekretaris Perusahaan Bata Hatta Tutuko dalam keterangannya yang dimuat media di IDX Channel, Sabtu (4/5/2024) mengumumkan penutupan pabrik mulai 30 April 2024. Hatta menjelaskan PT Khau Bata Tbk. berbagai aktivitas mendominasi industri pabrik selama empat tahun terakhir.

“Perusahaan tidak bisa terus beroperasi di pabrik Purwakarta, karena permintaan pelanggan terhadap produk di pabrik Purwakarta semakin berkurang dan pabrik sudah penuh.bekerja sebelum permintaan. Keuntungan sukarela akan datang dari pemasok lokal di Indonesia,” tulis Hatta.

Dari sisi kinerja, Bata mengalami kerugian Rp 80,65 miliar pada periode Januari-September 2023, meningkat 294,76% dibandingkan kerugian Rp 20,43 miliar pada Januari-September 2022. Penjualan perseroan tercatat sebesar Rp 20,43 miliar. 0,42% menjadi Rp 488,47 ieeeea?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *