SINDOnews Goes To Campus: Dosen UPN Veteran Jakarta Berbagi Cara Antisipasi Disinformasi

JAKARTA – Program Studi Veteran FISIP UPN Jakarta Azwar berbagi cara memprediksi dampak negatif dari informasi palsu, disinformasi, dan informasi jahat. Azwar menjelaskan beberapa cara yang bisa dilakukan masyarakat.

“Kita melihat dunia sedang berubah, salah satu perubahan itu terkait dengan cara kita menggunakan media dan cara media diproduksi,” kata Azwar dalam Talkshow SINDOnews Goes To Campus di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, pada Rabu (5.6/2024).

Katanya, perubahan ini terjadi karena perilaku masyarakat terhadap media sudah berubah. Namun perubahan tersebut tidak selalu dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat, malah dimanfaatkan untuk hal-hal negatif.

“Perubahan ini sebaiknya kita manfaatkan untuk hal-hal yang positif, misalnya mungkin dulu kita agak sulit mendapatkan informasi, terutama di daerah. Sekarang tidak lagi, sekarang (berita atau informasi) diproduksi 1 menit lalu sampai ke pelosok nusantara, harus disikapi dengan hati-hati,” ujarnya.

Ia menjelaskan, misinformasi, misinformasi, dan misinformasi muncul akibat penggunaan yang negatif. Ketiga hal tersebut membawa dampak buruk bagi masyarakat, khususnya terhadap kehidupan bernegara dan bernegara.

“Bagi saya, disinformasi, disinformasi, dan disinformasi berdampak buruk bagi kita, kehidupan berbangsa dan bernegara. Saya katakan mengancam keutuhan negara,” jelasnya.

Ia menemukan bahwa disinformasi adalah berita palsu, namun hal itu terjadi karena masyarakat tidak mengetahui bahwa itu palsu. Disinformasi adalah konten yang diyakini palsu dan kemudian melibatkan penyebaran, bahkan produksi, yang sangat berbahaya.

“Misinformasi itu berbahaya bagi kita pribadi, bagi masa depan anak-anak kita, dan berbahaya bagi negara secara umum. Lalu bagaimana kita bisa mengatasinya? Pertama, sebelum ada informasi palsu, harus ada literasi digital,” ujarnya.

Azwar mengingatkan, ada juga media palsu, yakni. Anda berpura-pura media massa. Media abal-abal ini bukanlah media massa yang menyajikan produk jurnalistik.

Maka menurutnya, kepercayaan masyarakat terhadap media konvensional harusnya tumbuh. Misalnya, media terdaftar di Dewan Pers. Lalu, kantor persnya jelas, begitu juga siapa bosnya. Ia mengimbau untuk tidak mendekati media yang tidak diketahui Dinas dan tidak jelas keberadaannya atau siapa penanggung jawabnya.

“Kita juga bisa meningkatkan peran lembaga-lembaga negara, salah satunya Dewan Pers dan lain-lain, Kementerian Komunikasi dan Informatika dan lain-lain. Dengan meningkatkan partisipasi kita sebagai warga negara, kita tidak bisa membiarkan informasi salah terus menyebar ke kita, ada istilahnya datang ke kita kalau ada informasi yang menurut kita salah,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *