Soal Densus 88 Intai Jampidsus, Senator Filep: Perlu Penguatan Lembaga Penegak Hukum

JAKARTA – Penangkapan anggota Detasemen Khusus Anti Terorisme (DENSUS) 88 yang diduga mengikuti Jaksa Agung Tindak Pidana Khusus (JAMPIDSUS) Kejaksaan Agung Fabri Adriansyah menyedot perhatian publik. Salah satunya Wakil Ketua Komite I DPD RI Filep Wamafma. Apalagi Fabri Adriansyah pernah menangani beberapa kasus korupsi besar.

“Jampidasus sedang menangani beberapa kasus korupsi yang sangat besar, salah satunya adalah kasus korupsi Timah yang melibatkan Harvey Moise dan crazy rich Pantai Indah Kapook (PIK) Helena Lim yang saat ini sedang menjadi perbincangan di masyarakat. Uniknya, kata Cabarescream, mereka mengetahui adanya kasus tersebut. insiden kejar-kejaran. Tidak. Bagaimana tindakan kedua lembaga penegak hukum ini bisa bertentangan?

Mencermati kejadian-kejadian di atas dan lambatnya penegakan hukum lainnya menegaskan keabsahan hasil survei LSI April 2024 mengenai tingkat kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum. Survei menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Kejaksaan sebesar 75%, disusul Mahkamah Konstitusi sebesar 73%, Mahkamah Agung sebesar 71%, Kepolisian sebesar 70%, dan Komisi Pemberantasan Korupsi sebesar 63%.

“Menurunnya kepercayaan masyarakat memperkuat pandangan bahwa lembaga penegak hukum memerlukan reformasi segera dan menyeluruh,” katanya.

Ketua Komite I DPD RI menjelaskan keberhasilan penegakan hukum bergantung pada tiga hal, yakni asas hukum, desain hukum, dan kesadaran hukum.

Substansi hukum adalah isi peraturan perundang-undangan yang memerlukan kejelasan dan ketegasan. Struktur hukum mencakup aparat penegak hukum dan kualitas lembaganya. Kesadaran hukum berkaitan dengan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum.

Terkait struktur hukum, Filep menilai kemauan melakukan reformasi aparat penegak hukum menjadi kunci memulihkan kepercayaan masyarakat, serta menciptakan budaya penegakan hukum yang akurat. Filep memaparkan 4 poin upaya penguatan aparat penegak hukum untuk menunjang reputasi penegakan hukum di Tanah Air.

“Pertama, harus ada koordinasi yang saling memperkuat antara lembaga dan aparat penegak hukum. Penegakan hukum sebenarnya bukan soal lembaga mana yang terbaik untuk menegakkan hukum, tapi bagaimana menciptakan perdamaian di masyarakat sebagaimana diamanatkan konstitusi, yaitu melindungi segenap bangsa dan menumpahkan darah bangsa Indonesia, ujarnya. Filep.

Kedua, dalam beberapa kasus tindak pidana, posisi masing-masing aparat penegak hukum bersifat linier. Artinya tidak ada seorang pun yang memonopoli penegakan hukum kecuali undang-undang menyatakan lain, misalnya korupsi. Namun kepatuhan terhadap tugas dan fungsi pekerjaan menjadi tuntutan utama dalam penegakan hukum, tambahnya.

Ketiga, lembaga penegak hukum harus dibersihkan dari campur tangan kepentingan khusus dalam suatu permasalahan. Hal ini sangat penting untuk menghilangkan praktik-praktik tidak sehat dan merusak reputasi penegak hukum.

Keempat, lembaga hukum harus mampu melepaskan diri dari sandera kepentingan politik atau konflik kepentingan. Masyarakat menilai persoalan kronisme dan lobi politik dalam pemilihan pemimpin penegak hukum menyulitkan penanganan kasus korupsi yang melibatkan aparatur negara.

Oleh karena itu, independensi penting dalam menentukan kepemimpinan aparat penegak hukum, ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *