Spanyol Ungkap Posisi Israel Lebih Lemah karena Aksi Tak Manusiawi di Gaza

MADRID – Perdana Menteri Spanyol (PM) Pedro Sanchez mengatakan Israel kini lemah karena reaksi “buruk” terhadap Jalur Gaza.

Dalam wawancara dengan reporter La Sexta, dia ditanya apakah dia mempertimbangkan apa yang dilakukan Israel untuk membunuh orang, dia menjawab, “Saya punya pandangan sendiri tentang apa yang terjadi. Mereka menghormati hak asasi manusia di Gaza? Saya meragukannya.”

“Saya kira semua peneliti berpikiran (hal yang sama). Lihat pembunuhan warga sipil, perempuan dan anak-anak, serta kehancuran yang tak terbayangkan di Gaza, butuh waktu puluhan tahun untuk membangunnya kembali,” jelasnya.

Saat berbicara kepada para pembela tindakan Israel, ia mengangkat pertanyaan bahwa kekerasan dan kehancuran yang akan terjadi pada 7 Oktober 2023 tidaklah sia-sia.

Israel telah membunuh lebih dari 35.000 warga Palestina sejak serangan Hamas hanya menewaskan 1.200 orang.

Haaretz kemudian melaporkan bahwa helikopter dan tank Israel menewaskan 1.139 warga sipil Israel.

“Hamas lebih kuat dari sebelumnya? Apakah Israel saat ini kurang atau lebih aman dibandingkan sebelum serangan 7 Oktober, menunjukkan bahwa mereka telah menempatkan Israel pada posisi yang lemah.

Sanchez mengatakan pemerintahnya tidak akan mengakui negara Palestina pada 21 Mei, seperti yang disarankan oleh Duta Besar Uni Eropa (UE) Josep Borrell.

“Ini akan memakan waktu karena kami sedang bekerja di negara lain. Saya berharap bisa menyelesaikan detail akhirnya minggu ini dan mendiskusikannya dengan rekan-rekan saya nanti,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, pada 22 Mei mendatang, ketika rencananya akan hadir di Parlemen Spanyol, ia bermaksud mengumumkan tanggal pasti Spanyol dan negara-negara Uni Eropa lainnya akan mengakui Palestina.

Saat ini, negara-negara UE seperti Irlandia, Slovenia, Norwegia, dan Malta telah memutuskan untuk mengakui Palestina, meski negara mana yang akan bergabung pada tanggal tersebut masih belum jelas.

Sanchez menunjukkan bahwa meskipun banyak negara Barat percaya pada solusi dua negara, mereka mengakui Israel tetapi tidak mengakui Palestina.

“Setelah semua yang terjadi pada 7 Oktober, jelas Perdana Menteri Israel tidak percaya menerima Palestina. Jadi negara harus mengibarkan bendera dan mengakui Palestina agar bisa hidup berpikir dan membuka ide-ide politik untuk perdamaian.” antara Israel dan Palestina,” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *