Studi Tanoto dan School of Parenting Ungkap Permasalahan Pengasuhan Anak Usia Dini

JAKARTA – Masih tingginya praktik pengasuhan anak usia dini di Indonesia yang belum memadai. Berdasarkan hal tersebut, Tanoto Foundation dan Parentang School berkolaborasi meluncurkan penelitian untuk meningkatkan pengasuhan anak usia dini.

Berdasarkan Indonesia Early Childhood Report 2021, 4 dari 10 anak kecil di Indonesia masih mendapat pengasuhan yang kurang memadai.

Tak hanya itu, berdasarkan Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) pada tahun 2023 tercatat sebanyak 5.604 kasus kekerasan terhadap anak, dimana 730 korban diantaranya adalah anak-anak berusia 0 hingga 5 tahun. Dapat dikatakan bahwa model pengasuhan anak di Indonesia masih belum mendukung tumbuh kembang anak yang terbaik.

Berdasarkan hal tersebut, Tanoto Foundation bekerja sama dengan Escola de Pais e Nais melakukan penelitian bertajuk “Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Melalui Tiga Tahun Pertama: Pentingnya Pola Asuh Responsif dan Stimulasi Pembelajaran Dini”.

Studi kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui praktik pengasuhan anak yang sensitif dan ketersediaan materi pembelajaran yang ramah bagi anak usia 0-3 tahun di Indonesia, yang hasilnya dapat menjadi dasar intervensi dan penelitian lebih lanjut terhadap keluarga Indonesia.

Hasil penelitian tersebut dipaparkan tim peneliti pada 14th Asian Conference on Psychology and Behavioral Sciences (ACP 2024) di Tokyo, Jepang pada Jumat, 29 Maret 2024.

Dalam pemaparannya, tim peneliti menyatakan bahwa perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi dan tempat tinggal orang yang mengasuhnya merupakan elemen yang mempengaruhi pengasuhan anak yang terbaik.

Fitriana Herarti, Kepala Ekosistem PAUD Tanoto Foundation, mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan dan ekonomi orang tua atau pengasuh, maka kualitas pengasuhan anak cenderung semakin baik.

Menurutnya, pengasuh dengan pendidikan tinggi memberikan permainan yang lebih bervariasi, seperti mainan fisik-motorik, edukatif, dan imajinatif seperti role-playing, yang memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain secara konstruktif.

“Sebaliknya, caregiver yang berpendidikan rendah dan ekonomi lebih banyak menawarkan aktivitas fisik seperti berlari, menarik, dan mendorong yang hanya melatih kemampuan motorik,” ujarnya, melalui siaran pers, Jumat (4/5/2024).

Orang tua yang berpendidikan tinggi juga lebih tahu cara menstimulasi anaknya dengan membaca buku.

“Ditemukan hanya 21,4% responden yang membacakan buku untuk anaknya minimal tiga kali seminggu, sedangkan 56,6% orang tua tidak pernah membacakan buku untuk anaknya. Temuan ini juga sejalan dengan rendahnya tingkat literasi di Indonesia yang juga perlu ditingkatkan,” lanjut Fitriana.

Penyediaan bahan ajar juga menjadi temuan penelitian ini dimana bahan ajar merupakan sarana penting dalam menunjang proses belajar anak. Pembelajaran dalam konteks ini merupakan kesempatan bagi anak untuk memahami lingkungan sekitar melalui indra dan eksplorasinya terhadap lingkungan sekitar.

Jadi jangan belajar di sistem pendidikan yang terstruktur, misalnya di PAUD. “Ruang khusus untuk bermain atau belajar, alat dan mainan belajar lebih mudah diakses oleh responden yang tinggal di perkotaan, sementara tidak lebih dari 29% pengasuh yang tinggal di pedesaan memiliki atau dapat memberikan materi pembelajaran kepada anaknya,” kata Dhisty Azlia. Firnandy dari Sekolah Keperawatan.

Selain itu, pengetahuan pengasuh juga menjadi faktor pendukung dalam menciptakan pelayanan yang terbaik.

“Dari penelitian tersebut kami menemukan 44% orang tua belum memahami cara memberikan stimulasi sesuai usia anaknya. Hal ini dikarenakan pengetahuan mereka tentang tumbuh kembang anak dan stimulasi masih rendah,” lanjut Dhisty.

Berdasarkan kajian tersebut, kami berpendapat bahwa intervensi berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta, diperlukan untuk mendukung orang tua dan anak, khususnya dari keluarga kurang mampu, dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka yang diasuh. pendidikan orang tua yang sesuai dan biaya sekolah disediakan untuk anak-anak.” Fitriana tutup.

Country head Tanoto Foundation Indonesia, Inge Kusuma mengatakan, penelitian ini merupakan wujud komitmen Tanoto Foundation dalam meningkatkan pengasuhan dini pada anak guna mengembangkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia di masa depan.

“Kami senang bisa bekerja sama dengan School of Parenting dan bangga bisa mempresentasikan penelitian ini di ACP 2024. Pengajaran, dengan fokus pada data dan bukti nyata melalui penelitian, merupakan strategi kami dalam merancang program yang dapat memberikan dampak nyata dan berkelanjutan. dia berkata.

“Kami berharap penelitian ini juga dapat melahirkan penelitian-penelitian lain di bidang pengembangan, pengasuhan dan pendidikan anak usia dini yang berkontribusi terhadap peningkatan kualitas model penitipan anak usia dini di Indonesia,” kata Inge.

Sementara itu, pendiri School of Parenting, I Gede Dharma Putra, mengatakan School of Parenting bangga dapat berkolaborasi dengan Tanoto Foundation dalam penelitian kuantitatif untuk mempelajari praktik parenting di masyarakat.

“Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya orang tua meningkatkan keterampilan mengasuh anak agar anak dapat berkembang sebaik-baiknya. “Kami berharap kedepannya akan lebih banyak lagi penelitian dan program intervensi untuk meningkatkan keterampilan mengasuh orang tua, serta Sekolah Ayah dan Ibu dapat terlibat dalam kerjasama dan kontribusinya,” lanjut Gede.

Penelitian ini dilakukan di tiga kota di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Pandeglang, dan Kupang dengan melibatkan 1.200 orang tua pada bulan Februari hingga Maret 2023.

Penelitian ini menggunakan instrumen HOME (Home Observation Measurement Environment) yang telah disesuaikan dengan konteks Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *