UICI Gelar DIGICATION Batch 8, Berupaya Cetak Talenta Digital Masa Depan

Republik Jakarta. Kegiatan di internet adalah langkah pertama bagi siswa baru untuk memahami sistem pembelajaran digital UICI.

229 siswa baru dari 28 provinsi di Indonesia dan 22 siswa baru dari perbatasan (mis., Jepang dan Taiwan) berpartisipasi dalam penggalian.

Dalam pidatonya, profesor Lao mengklaim bahwa UICI adalah kota digital pertama di Indonesia, yang secara langsung dinyatakan sebagai presiden ketujuh Republik Indonesia. Menurutnya, mengingat perspektif universitas ini di era digital, memilih UICI sebagai situs penelitian adalah solusi yang tepat.

Profesor Lord mengatakan: “Indonesia berfokus pada ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2045. Tetapi pencapaian ini dan 2 juta pemimpin digital selama 20 tahun ke depan.”

Sebagai kampus digital, UICI mencoba mencetak lulusan yang siap memenuhi kebutuhan industri di masa depan. Dia menambahkan: “Kami sedang membangun budaya digital yang memungkinkan siswa untuk berkembang dengan keterampilan yang tepat di era modern.”

Profesor Lord juga menghargai siswa baru yang memilih UICI sebagai tempat untuk memperoleh pengetahuan. “UICI bukan hanya universitas digital, tetapi juga bentuk bagaimana siswa berkomunikasi dan berperilaku dalam ekosistem digital,” katanya.

Tema Digikasi Batch 8 adalah “pemikiran cerdas masa depan yang akan membantu inovasi dan transformasi digital ke era industri”. Topik ini bertujuan untuk memberi siswa pemahaman tentang usia industri 4.0 dan transisi ke Society 5.0, dalam hal ini teknologi adalah pusat kehidupan menggunakan sistem intelijen buatan (AI) dan internet (IoT).

Selain komentar dari kepala sekolah UICI, acara ini juga memperkenalkan banyak tokoh sebagai juru bicara utama. Profesor Zukhro, ketua Komisi Pendidikan Tinggi, berharap bahwa siswa dapat berkontribusi pada negara itu sejak pidato dimulai.

Profesor Zukhro mengatakan: “Kuliah adalah peluang besar untuk membangun masa depan yang bermanfaat tidak hanya untuk siswa sendiri tetapi juga untuk kolektif. Lulusan UICI diharapkan untuk menginvestasikan sebanyak mungkin pengetahuan dalam keputusan nasional dan negara bagian.”

Sementara itu, Dr. Inham Akbar Habibi, kepala Institut Insinyur Indonesia (PII), menekankan pentingnya digitalisasi yang sesuai dengan industri aplikasi.

“Teknologi digital mungkin menjadi kunci untuk mengatasi pengembangan manusia (HDI). Di Indonesia, kita harus berterima kasih atas salah satu dari sedikit universitas yang menerima AI-DSTL (teknologi pembelajaran sistem digital dan teknologi kecerdasan buatan),” jelas Ilhem.

Agus Tjajana Wirakusumah, Kepala Sistem Industri dan Pusat Pengembangan Teknik (ISEDC), melengkapi pentingnya reindustrialisasi, yang sesuai dengan digitalisasi. Menurutnya, digitalisasi bukan hanya masalah teknis, tetapi juga persiapan untuk sumber daya manusia.

“Saya berharap lebih dari 200 siswa UICI baru akan menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam digitalisasi,” kata Argus.

Selain pidato publik oleh pembicara yang diundang, hari pertama pertumbuhan diisi dalam penjelasan pidato digital teknis seperti UICI, Pusat Konservasi UICI, dan beasiswa. Siswa juga dilengkapi dengan informasi tentang cara mengakses buku dan majalah melalui Perpustakaan Digital UICI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *