5 Alasan Junta Militer Pindahkan Ibu Kota Myanmar

YANGON – Pada tahun 2005, pemerintah Myanmar mengumumkan akan memindahkan ibu kota negara dari Yangon ke kota baru di tengah negara, Nay Pyi Taw, yang dibangun dari awal dengan biaya miliaran dolar.

Kota ini didesain sebagai kota yang modern dan tertata rapi dengan segala fasilitas terkini. Namun, beberapa dekade kemudian, sebagian besar wilayah Naypyidaw masih kosong dan tidak berpenghuni.

Dengan upaya ambisius, Myanmar membangun Naypyidaw, sebuah ibu kota besar, dengan harapan dapat menunjukkan kemajuan dan modernitasnya kepada dunia. Meskipun investasi finansial dan infrastruktur sangat besar, Naypyidaw adalah simbol kegagalan.

Proyek gagal ini menjadi studi kasus perkembangan mega proyek di seluruh dunia. Jalan-jalan di seluruh kota dan bangunan menunjukkan dampak buruk dari investasi yang tidak terencana.

5 alasan militer memindahkan ibu kota Myanmar1. Tunjukkan otoritas dan kekuasaan

Sebagai pertukaran finansial, ada banyak faktor yang mempengaruhi keputusan membangun Naypyidaw. Saat itu, militer yang berkuasa di Myanmar berupaya membangun ibu kota baru di tengah kota untuk melambangkan otoritas dan kekuasaannya.

2. Kerentanan Yangon terhadap Bencana Alam dan Invasi Asing Ada kekhawatiran mengenai kerentanan Yangon, bekas ibu kotanya, terhadap bencana alam dan kemungkinan invasi asing. Membangun kota baru dari awal dipandang sebagai peluang untuk menciptakan kekuatan strategis dan menunjukkan upaya modernisasi Myanmar.

3. Bangun ambisi

Foto/AP

Secara istilah moneter, Naypyidaw dibangun dalam skala yang sangat luas, meliputi area seluas sekitar 7.000 kilometer, menjadikannya jauh lebih besar dari kota-kota besar di dunia.

Kota ini memiliki jalan raya yang lebar, hotel mewah, gedung pemerintahan yang luas, lapangan golf mewah, dan stadion yang dapat menyelenggarakan acara besar. Tujuan investasi besar-besaran di bidang infrastruktur adalah untuk menciptakan gambaran kemajuan dan kesejahteraan.

4. Ditulis oleh militer Meski bangsawan, Naypyidaw tetap pendiam.

Pembangunan kota sebagian besar dilakukan oleh tentara, dengan sedikit keterlibatan atau konsultasi dengan masyarakat. Akibatnya, permintaan organik terhadap perumahan atau infrastruktur menjadi minimal.

Tingginya biaya hidup di Nay Pyi Taw telah menghalangi individu dan dunia usaha untuk melakukan relokasi, sehingga banyak orang lebih memilih peluang ekonomi yang tersedia di kota-kota besar seperti Yangon.

Lokasi yang terpencil, kurangnya transportasi umum, dan terbatasnya prospek pekerjaan membuat orang enggan menetap di Naypyidaw.

Proyek Naypyidaw adalah bukti kegagalan visi ambisius yang mengutamakan kemegahan dibandingkan kepraktisan. Besarnya biaya yang dikeluarkan selama pengoperasiannya, akibat kurangnya konsultasi publik dan kelayakan ekonomi, membuat ibu kota menjadi sia-sia.5. Berbahan dasar tembikar, pembangunan Naypyidaw membutuhkan biaya yang sangat besar. Meskipun angka pastinya sulit diperoleh, perkiraan menunjukkan bahwa proyek ini akan menelan biaya miliaran dolar, yang sangat menguras sumber daya negara yang langka.

Dana besar dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, termasuk jalan raya, gedung pemerintah, hotel, dan fasilitas rekreasi. Beban keuangan yang dihadapi Myanmar juga diperparah oleh fakta bahwa proyek tersebut dilakukan secara rahasia, sehingga sebagian besar penduduk tidak menyadari besarnya biaya yang harus dikeluarkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *