5 Fakta Pemberontakan Tentara Arakan yang Terkait Rohingya Myanmar

JAKARTA: Tentara Arakan adalah kelompok pemberontak etnis Rakhine yang beroperasi di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Organisasi ini didirikan pada tahun 2009 oleh mantan pejabat pemerintah Myanmar Twan Murat Naing. Thuan Murat Naing, yang dikenal sebagai Mayor Jenderal Tun Myat Naing, telah menjadi pemimpin Tentara Arakan sejak awal berdirinya.

Kelompok ini dibentuk sebagai respons atas ketidakpuasan minoritas Rakhine terhadap pemerintah yang dipimpin oleh Bamar dari Myanmar.

Kelompok tersebut bertujuan untuk memperjuangkan otonomi atau kemerdekaan Rakhine serta melindungi hak-hak politik, ekonomi, dan budaya masyarakat Rakhine.

Sejak awal berdirinya, Tentara Arakan telah menjadi salah satu kelompok pemberontak paling aktif dan berpengaruh di Negara Bagian Rakhine dan terlibat dalam konflik bersenjata dengan pasukan pemerintah Myanmar.

Pemberontakan Arakan kemudian menyebabkan masuknya Rohinya, etnis minoritas yang kewarganegaraannya tidak diakui oleh pemerintah Myanmar.

5 Fakta Pemberontakan Tentara Arakan Terhadap Rohingya

1. Rohingya menjadi korban

Tentara Arakan telah terlibat dalam konflik bersenjata dengan pemerintah Myanmar di Negara Bagian Rakhine sejak didirikan pada tahun 2009.

Konflik tersebut telah menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi warga sipil, termasuk masyarakat Rohingya yang tinggal di zona konflik.

2. Rohingya dijadikan pion politik

Tentara Arakan dilaporkan menggunakan situasi konflik di Negara Bagian Rakhine sebagai platform politik untuk mendapatkan dukungan dari komunitas Rohingya.

Mereka memberikan perlindungan dan dukungan kepada komunitas Rohingya yang menjadi korban kekerasan dan diskriminasi oleh pemerintah Myanmar.

3. Bersatu dengan Rohingya

Tentara Arakan memperjuangkan hak-hak masyarakat Rakhine, termasuk otonomi daerah, namun juga bertujuan untuk membangun persatuan di antara semua kelompok etnis di Negara Bagian Rakhine, termasuk Rohingya.

Hal ini terutama berlaku dalam konteks ketegangan antara pemerintahan Myanmar yang dikuasai Rakhine dan Bamar.

4. Kompleksitas Potensi Minoritas

Hubungan antara Tentara Arakan dan komunitas Rohingya sangatlah kompleks dan seringkali dipengaruhi oleh dinamika politik dan etnis yang kompleks di Negara Bagian Rakhine.

Upaya yang dilakukan untuk memperkuat persatuan kedua kelompok dalam perjuangannya untuk pemerintahan Myanmar, namun terdapat juga ketegangan dan perbedaan antara kedua kelompok.

5. Rohingya terpaksa mengungsi

Konflik antara Tentara Arakan dan pemerintah Myanmar memperburuk situasi kemanusiaan di Negara Bagian Rakhine, termasuk di kalangan etnis Rohingya.

Meningkatnya kekerasan dan stres telah memaksa ribuan orang mengungsi dan menghadapi kesulitan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *