Ilmuwan Temukan Bukti Gempa Bumi Ubah Aliran Sungai Gangga

NEW DELHI – Sungai di seluruh dunia memiliki pola yang unik, termasuk arus balik atau perubahan arah. Salah satu penyebabnya adalah peristiwa seismik seperti gempa bumi.

Penelitian baru menunjukkan bagaimana gempa bumi besar 2.500 tahun lalu menyebabkan salah satu sungai terbesar di dunia, Sungai Gangga, tiba-tiba berubah arah.

Dijelaskan IFL Science, penemuan ini merupakan penemuan baru karena para ilmuwan sudah mengetahui tentang perubahan aliran sungai yang dalam ilmu pengetahuan disebut avulsi.

Namun sejauh ini belum ada bukti kuat bahwa gempa bumi dapat menimbulkan gempa bumi, terutama di sungai besar seperti Sungai Gangga.

Sungai Gangga kini mengalir sepanjang 2.575 kilometer (1.600 mil) dari Himalaya hingga Teluk Benggala. Sungai-sungai ini menempati urutan kedua setelah Sungai Amazon dalam hal debit air di dunia, karena dibentuk oleh banyak sungai, termasuk Sungai Brahmaputra dan Meghna.

Para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa gempa mengubah aliran Sungai Gangga melalui citra satelit. Ia menemukan saluran tua Sungai Gangga yang terhubung ke sungai tersebut pada jarak sekitar 100 kilometer (62 mil).

Pada tahun 2018, saat menjelajahi kawasan tersebut, ia menemukan fenomena di tepian sungai yang sedang surut, yaitu bukit pasir yang disebut seismites.

Seismitis disebabkan oleh gempa bumi dan ditandai dengan munculnya potongan pasir vertikal melalui lapisan lumpur horizontal.

Perubahan aliran Sungai Gangga akibat gempa ini mungkin berdampak pada pembangunan dan lingkungan.

Para ilmuwan masih menyelidiki proses jangka panjang, namun penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana kekuatan alam dapat mengubah bentuk bumi secara drastis dalam waktu singkat.

Penelitian tersebut juga menunjukkan pentingnya mempelajari dampak gempa bumi tidak hanya terhadap bangunan dan manusia, tetapi juga terhadap sungai dan lingkungan.

Dengan memahami pengaruh gempa bumi terhadap sungai, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih baik untuk mengurangi risiko dan melindungi ekosistem yang rapuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *