Kominfo Imbau Masyarakat Utamakan Etika Digital dalam Bermedia Sosial

Jakarta – Perilaku digital menjadi landasan jejaring sosial. (Media sosial) Ketika masyarakat belum memiliki etika digital. Berbagai permasalahan digital akan muncul, seperti ujaran kebencian dan volatilitas.

Saat ini, ujaran kebencian telah menjadi perhatian global di banyak negara. Termasuk Indonesia Pasalnya, hal tersebut dapat mengurangi keharmonisan sosial dan berpotensi berujung pada tindakan kriminal.

Sayangnya, kurangnya etika digital dalam komunikasi online masih terlihat di Indonesia. Baru-baru ini, seorang wanita memposting video dirinya sedang tertawa bersama seorang wanita lanjut usia di sebuah bioskop. Karena dia mengira dia sedang berbicara sendiri di depan poster film.

Wanita itu segera menjadi situs kebencian di web. Ini tidak hanya mempengaruhi pikiran. Namun perempuan juga merasakan dampak negatif dari kurangnya perilaku digital lainnya. Pasalnya, ia langsung dipecat dari pekerjaannya karena dianggap tidak etis.

Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menghimbau masyarakat untuk meningkatkan pengetahuannya terhadap teknologi.

Khemal Andrias, CEO Institut Indonesia, mengatakan: “Kalau bicara soal etika sistem Tidak mungkin lepas dari yang namanya privasi. Privasi literasi dibagi menjadi dua bagian: privasi keamanan; dan privasi Topik Webinar “Kesunyian Kehidupan yang Baik” OOTD). “Perilaku sederhana namun efektif” Minggu 6/2/2024

Rahasia keamanan perangkat perlu dipahami agar masyarakat tidak menjadi korban kejahatan web. Menurutnya, privasi harus dipahami dalam perilaku sistem agar masyarakat tidak menjadi penjahat di media sosial.

Khemol menjelaskan hal itu “Privasi adalah hak setiap orang dalam berhubungan dengan orang tertentu. Jika kita memahami privasi sebagai hak Artinya, kita tidak bisa melewati batasan privasi tersebut.”

Etiket digital tidak hanya berlaku untuk memposting konten. Namun penting juga bagi pengguna situs untuk mengisi pendapat orang lain. Karena itu patut dikritisi secara positif. Pasalnya, setiap orang mempunyai cara berbeda dalam menyikapi kritik orang lain.

Direktur Soera Rakyat mengatakan, “Tidak semua orang mempunyai kekuatan untuk menghadapi komentar di media sosial. Beberapa orang mengalami stres. Beberapa orang menutup akunnya, yang lain memiliki akun sendiri. Paling mudah mengutarakan pendapat di media sosial. Betul.” Tio Utomo.

Ia mengatakan, perilaku sistematis dalam menggunakan media sosial sangat penting dalam pendekatan top-down baik bagi pencipta maupun pemirsa. Jika perilaku digital bisa diterapkan pada seluruh lapisan masyarakat Tujuan Indonesia untuk membangun masyarakat yang melek digital juga akan cepat tercapai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *