OJK Mitigasi Dampak Konflik Timur Tengah ke Sektor Jasa Keuangan

JAKARTA – Rapat mingguan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 April 2024 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional masih terjaga. Hal ini didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terkendali sehingga mampu menahan meningkatnya ketegangan geopolitik global.

“Namun OJK tetap memperhatikan perkembangan terkini di Timur Tengah dan dampaknya terhadap kinerja intermediasi dan stabilitas sistem keuangan nasional ke depan,” kata Aman Sentosa, Kepala Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK. Departemen Pernyataan resminya, Rabu (17/4/2024).

Di tengah ketidakpastian yang semakin besar, lanjut Aman, OJK menilai fundamental perekonomian Indonesia terjaga dengan baik, pertumbuhan tetap terjaga di kisaran 5%, inflasi yang berada dalam kisaran sasaran Bank Indonesia, neraca perdagangan tercatat masih ada. Surplusnya, cadangan devisa yang memadai dan masih tersedianya ruang keuangan.

Sementara itu, hingga Februari 2024, eksposur langsung lembaga jasa keuangan (LJK) ke kawasan Timur Tengah relatif terbatas. Bank dalam negeri hanya memiliki surat berharga emiten Timur Tengah sebesar Rp1,3 triliun atau 0,06% dari total surat berharga yang dimiliki perbankan, sedangkan perusahaan asuransi dan pembiayaan tidak memiliki surat berharga emiten Timur Tengah.

Sementara di pasar saham, nilai kepemilikan saham investor Timur Tengah tercatat sebesar Rp65,73 triliun atau sekitar 2% dari total nilai kepemilikan saham investor nonresiden. Kepemilikan LJK (pengendali) oleh investor Timur Tengah tercatat di perbankan hanya dengan pangsa aset sebesar 0,1% dari total aset perbankan.

“Ke depan, buffer tersebut dinilai masih cukup untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah potensi eskalasi konflik di Timur Tengah, mengingat kawasan tersebut memiliki status tingkat modal tertinggi,” kata Aman.

Aman dilanjutkan, risiko nilai tukar sangat terkendali terlihat dari posisi devisa neto (PDN) harian perbankan awal April 2024 jauh di bawah batas (1,67% dengan cap 20%), yaitu . Likuiditas rupee dan valuta asing juga masih menjadi contoh hingga saat ini.

Baca juga: OJK bidik pendapatan Rp 8,38 triliun pada 2024

Namun demikian, OJK akan terus memantau perkembangan risiko pasar pada lembaga jasa keuangan dan memberikan perhatian khusus pada pembiayaan di wilayah yang memiliki risiko konflik tinggi di Timur Tengah, dengan memperhatikan kondisi masing-masing LJK.

Oleh karena itu, OJK mengimbau LJK untuk selalu menilai portofolionya terhadap potensi dampak transmisi perkembangan perekonomian global dan domestik serta mengambil langkah mitigasi yang diperlukan.

“OJK terus berkoordinasi dengan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dan berkomitmen mengeluarkan kebijakan yang diperlukan tepat waktu,” kata Aman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *