Sosok Azis, Guru Besar Termuda IPB yang Telah Hasilkan 54 Publikasi Jurnal Scopus

BOGOR – IPB University melantik Azis Boing Sitanggang sebagai guru besar termuda dengan usia 36 tahun 9 bulan. Azis telah menghasilkan 54 artikel terindeks Scopus.

Profesor Dr-Ing Azis Boing Sitanggang, MSc, STP merupakan dosen Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), IPB University.

Saya aktif menulis untuk publikasi internasional.

Azis telah berhasil menerbitkan 54 makalah yang terindeks Scopus. Saat menulis untuk jurnal internasional, terkadang ia berperan sebagai penulis utama atau penulis koresponden.

Azis mengaku mampu memproduksi 10 atau hingga 17 edisi dalam setahun. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, termasuk mahasiswa, atas bantuannya dalam penerbitan.

Dosen IPB ini menambahkan, data yang diperoleh dalam publikasi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan bersama banyak mahasiswa di laboratoriumnya dan tidak diperoleh dalam waktu yang relatif singkat.

Baca Juga: Profil Profesor UI Abdul Haris Diangkat Menjadi Direktur Diktiristek

Mahasiswa S2 asal Taiwan ini menjelaskan, meraih gelarnya pada tahun 2019 ini membutuhkan dedikasi yang besar. Ia memiliki target jumlah publikasi yang ingin dicapai per tahunnya, belum lagi berpacu dengan waktu. Untuk memenuhi kebutuhan mereka.

“Banyak orang menganggap mudah bagi saya untuk menjadi profesor muda. Faktanya, aturan yang saya jalani untuk menjadi profesor sama dengan aturan yang berlaku untuk orang lain. “Mungkin banyak yang belum paham bahwa ada pengorbanan yang harus saya lakukan untuk mencapai jabatan akademik ini,” ujarnya seperti dikutip dari laman IPB University, Minggu (14 April 2024).

Peran siswa sebagai instruktur senior

Dosen jurusan teknologi pangan ini mengatakan, jabatan guru besar yang diperolehnya berkat dukungan berbagai pemangku kepentingan, baik mahasiswa, dosen senior, dan terutama Profesor Slamet Budijantol, Dekan Patheta IPB University saat ini, yang menjabat sebagai pembimbingnya. Banyak dari orang-orang itu.

Baca Juga: Cita-cita Berpasangan, Pasangan ini Buka-bukaan Bersama Sebagai Guru Besar di ITS.

“Orang yang menyadarkan saya bahwa saya mempunyai potensi menjadi guru besar adalah Profesor Slamet Budijanto. Dia melihat potensi saya dan publikasi saya hingga saat ini. “Menjadi profesor bukanlah karpet merah yang diberikan orang lain; ini adalah jalan yang harus kita persiapkan dan dekati secara strategis,” ujarnya.

Jelajahi teknologi produksi pangan

Azis, yang meraih gelar PhD di bidang Teknik Kimia dan Proses dari Technische Universität Berlin, berspesialisasi dalam rekayasa proses pangan, khususnya rekayasa pangan fungsional. Ia menjelaskan, ia banyak memanfaatkan ilmu teknik proses pangan untuk menghasilkan bahan pangan fungsional.

“Saat ini pangan fungsional sedang menjadi tren. “Sekarang masyarakat tidak lagi sekedar makan untuk memenuhi kebutuhan kalorinya, mereka menginginkan manfaat kesehatan atau efek positif dari makanan yang dimakannya,” ujarnya.

Ia dan kelompok penelitiannya juga menyelidiki proses produksi peptida bioaktif, fragmen protein kecil yang terdiri dari 2 hingga 20 asam amino yang memiliki tindakan fungsional tertentu dalam tubuh, seperti antioksidan dan zat pengatur tekanan darah.

Dr Ajith menegaskan, pengembangan dirinya dan tim peneliti difokuskan pada teknologi untuk menghasilkan bahan-bahan fungsional daripada pembuatan atau pengembangan pangan fungsional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *