Inflasi AS Sentuh 3,5%, The Fed Diragukan Potong Suku Bunga

JAKARTA – Laju inflasi Amerika Serikat (AS) mencapai 3,5 year-on-year pada Maret 2024. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan sebesar 3,4% tahun-ke-tahun, dengan pemanasan dari periode sebelumnya sebesar 3,2% tahun-ke-tahun.

Inflasi inti, yang tidak termasuk komponen pangan dan energi, juga naik 3,8% dari perkiraan 3,7% tahun-ke-tahun. Secara bulanan, inflasi AS naik 0,4% bulan ke bulan, mengalahkan ekspektasi sebesar 0,3%, sementara inflasi inti bulanan mencapai 0,4% bulan ke bulan.

Peningkatan inflasi disebabkan oleh harga bahan bakar yang lebih mahal seiring dengan kenaikan biaya real estate. Harga sandang dan pangan juga meningkat.

Analis percaya bahwa data inflasi yang tinggi mungkin memaksa bank sentral atau Federal Reserve (Fed) untuk mempertahankan suku bunga pada level saat ini lebih lama.

Dampaknya, suku bunga yang tinggi membuat biaya pinjaman menjadi lebih mahal, sehingga diharapkan dapat mengurangi konsumsi sehingga harga pun turun. Namun, jika suku bunga tinggi dibiarkan terlalu lama, maka terdapat risiko penurunan perekonomian yang tajam, atau bahkan resesi.

Suku bunga The Fed saat ini merupakan yang tertinggi dalam lebih dari dua dekade, pada kisaran 5,25%-5,5%. Para analis sebelumnya memperkirakan bahwa bank akan mulai memotong biaya pinjaman tahun ini, mencerminkan fakta bahwa tingkat inflasi, yang mengukur laju kenaikan harga, telah turun tajam sejak mencapai 9,1% pada tahun 2022.

Sementara itu, data ekonomi baru-baru ini, termasuk data penciptaan lapangan kerja yang kuat pada minggu lalu, telah menimbulkan keraguan mengenai seberapa cepat perlambatan ini akan terjadi.

Analis yang memperkirakan penurunan suku bunga lebih cepat pada bulan Maret merevisi perkiraan mereka. Kebanyakan dari mereka tidak memperkirakan penurunan suku bunga hingga akhir musim panas ini, malah menurut BBC diperkirakan akan terjadi tahun depan, Kamis (11 April).

“Apa yang dilakukan The Fed kemungkinan besar akan mendorong keputusan para bankir sentral di seluruh dunia,” kata Neil Birrell, kepala investasi di Premier Miton Diversified Funds.

“The Fed sedang menghadapi masalah yang perlu diselesaikan, dan jika bank sentral lain menunggu tindakan The Fed, maka mereka sedang menghadapi masalah sekarang,” jelasnya.

Meskipun inflasi AS akan mereda dengan cepat pada tahun 2023 seiring dengan berlanjutnya masalah pasokan di era pandemi dan kenaikan harga pangan dan energi yang dipicu oleh perang di Ukraina, angka tersebut masih di atas target bank sebesar 2%.

Kenaikan harga minyak dalam beberapa bulan terakhir juga telah mendorong kenaikan biaya energi, sementara harga di sektor jasa tidak menunjukkan tanda-tanda stabil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *