Jejak Rekam Keajaiban Candi Borobudur dari Sang Maestro Raja Sriwijaya Samaratungga

Samaratungga menjadi raja yang memprakarsai pembangunan Candi Borobudur. Candi megah di wilayah Magelang, Jawa Tengah ini merupakan bangunan keajaiban dunia yang dikenal dengan nama Jinaya, Bhumisambhara atau Sambharabhudara.

Samaratungga memerintah Kerajaan Sriwijaya untuk mengembangkan agama dan kebudayaan yang ditandai dengan dibangunnya Candi Borobudur. Kedekatan hubungan Sriwijaya dan Medang, Mataram konon bermakna pertukaran budaya dan ekonomi yang mempererat hubungan kedua kerajaan tersebut.

Prasasti Kayumwungan yang dikeluarkan oleh Rakai Patapan, Mpu Palar atau berjudul Dang Karayan Patapan Sida Busu Pelar, tahun 824 M, menyebutkan nama Samaratungga dalam pembangunan Candi Borobudur.

Dari prasasti tersebut dapat dipahami bahwa Mpu Palar membuat prasasti tersebut sebagai penghormatan dari bawahan kepada atasan.

“Kita ingat tahun itu Mpu Palar menjadi raja bawahan Samaratungga,” menurut buku “13 Raja Paling Berpengaruh dalam Sejarah Kerajaan di Jawa” (2016).

Ada sumber yang menyebutkan bahwa Samaratungga adalah putra Maharaja Dananjaya yang bergelar Sri Sanggramadananjaya. Sumber lain menyebutkan bahwa Samaratungga adalah putra Raja Indra (782-812).

Raja Indra Samaratungga menikah dengan Dewi Tara, putri Dharmasetu (Raja Sriwijaya). Dari pernikahan tersebut Samaratungga dikaruniai putri bernama Pramodawardhani (Sri Kahuluna atau Sri Sanjivana) dan Balaputradewa.

Inilah nama Pramodhawardani yang akhirnya menikah dengan Mpu Manuku atau dikenal dengan Rakai Pikatan saat Samaratungga berkuasa. Pernikahan ini masuk akal karena keduanya berbeda agama yaitu Hindu dan Budha.

Mpu Manuku sendiri akhirnya mendapat beberapa kawasan bebas pajak dan diangkat menjadi penguasa kawasan Pikatan atas jasanya menjaga candi Bhumisambhara. Samaratungga saat menjabat sebagai raja Medang Mataram.

Kebijakan tersebut dilaksanakannya, yaitu mengangkat Mpu Manuku yang sebelumnya menjabat sebagai kepala daerah Patapan (Rakai Patapan), menjadi kepala daerah Pikatan (Rakai Pikatan). Samaratungga juga menghadiahkan tanah bebas pajak kepada Mpu Manuku.

Kebijakan inilah yang diambil Samaratungga sebagai Mpu Manuku yang berjasa besar dalam pemeliharaan candi Bhumisambhara. Padahal, Samaratungga lebih mengutamakan pengembangan budaya dan agama Buddha dibandingkan memperluas wilayah seperti pendahulunya.

Tak heran jika candi Bhumisambhara menjadi pusat perkembangan agama Buddha. Peninggalan candi Samaratunga kini telah dipugar oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, pada tahun 1812.

Candi Bhumisambhara seperti nama aslinya, kini dikenal dengan nama Candi Borobudur atau Jinaya dan Candi Sambharabhudara, nama lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *