Koalisi Perubahan Dinilai Paling Rapuh dalam Kalkulasi Pragmatisme Politik Praktis

JAKARTA – Dalam realitas politik praktis, Koalisi Perubahan dinilai merupakan koalisi partai politik yang lemah. Koalisi Perubahan terdiri dari Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Koalisi Perubahan mengusung calon presiden dan wakil presiden nomor satu Anees Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN). Koalisi Perubahan, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dinilai rawan usai dilantik Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai presiden dan wakil presiden masa jabatan 2024-2029.

“Dalam kampanye tahun 2024, koalisi yang tampaknya agresif untuk melakukan perubahan adalah koalisi yang lemah dalam hal realisme politik praktis,” kata Ahmed Hoirul Umam, profesor ilmu politik dan studi internasional di Universitas Parmadina. , Kamis (25/4/2024).

Menurutnya, pendekatan Nosdem dan PKB terhadap Prabowo sebagai pemenang Pilpres 2024 merupakan indikasi jelas dan nyata adanya koalisi perubahan yang terbukti bisa berubah.

Disintegrasi Koalisi Perubahan menunjukkan bahwa retorika kritis dan tindakan absurd yang dilakukan partai politik pada kampanye kemarin bukan merupakan hasil refleksi mendalam terhadap situasi demokrasi Tanah Air, melainkan hanya sekedar renungan dan komoditas politik untuk meraih suara. . Masyarakat yang berkonflik dengan pemerintah.

Menurut Umam, pandangan deterministik mengenai perubahan mudah diabaikan dengan argumen keseimbangan dan keadilan, yang digunakan untuk menutupi kepentingan praktis dan oportunisme dalam politik praktis.

Karena itu, calon presiden saat ini, Anees Baswedan, yang mendapat kecaman, dipengaruhi oleh retorika politik partai peserta pemilu legislatif kemarin. Peran Anees Baswedan, ujarnya. .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *