Indonesia Butuh Rp1.377 T untuk Biayai Transisi Energi, Wamen BUMN: Berjalan 25 Tahun

JAKARTA – Total belanja modal (capex) atau capex yang dibutuhkan untuk membiayai program transformasi energi dalam negeri mencapai USD 85 miliar atau setara Rp1.377 triliun (kurs Rp16.200). Sebab, transisi energi merupakan program terbesar dan terpanjang dalam sejarah Indonesia.

Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko, Wakil Menteri BUMN, mengatakan transformasi energi dengan nilai investasi Rp 1377 triliun kemungkinan baru akan selesai dalam 25 tahun ke depan.

Oleh karena itu, dia memastikan pemerintah melalui Kementerian BUMN dan kementerian terkait melakukan peninjauan setiap tahunnya. Tujuannya adalah untuk memastikan program transisi energi berjalan dengan baik atau sejalan dengan tujuan net zero emisi pada tahun 2060.

“Program ini sangat luas dan luas, saya kira dampak ekonominya ke depan akan sangat luar biasa, menurut kalkulasi kami, investasinya membutuhkan total 85 miliar dolar,” kata Tiko, Wakil Menteri BUMN, dalam acara tersebut. konferensi. Forum BUMN 2024.

“Jadi ini mungkin program terpanjang dan terbesar di negara kita, program ini akan berjalan hingga 25 tahun ke depan,” jelasnya.

Meski membutuhkan anggaran yang besar, program transformasi energi diperkirakan akan memberikan dampak ekonomi yang besar, terutama sebagai katalis pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia.

Tidak hanya perusahaan publik, sektor swasta juga berupaya mewujudkan ambisi tersebut. Tiko mengatakan sudah ada pembagian tugas antara pemerintah pusat, BUMN, dan swasta.

“Kami ingin berbagi tugas dengan pemerintah, pemerintah investasi di transmisi, kami akan investasi banyak di perusahaan pembangkitan, 60 persen di genco, tentu dengan IPP swasta,” jelasnya.

Di sisi lain, program transformasi energi Indonesia juga mempunyai tantangan besar. Saat ini Indonesia belum memiliki jaringan antar pulau atau antar pulau dan subsistem ketenagalistrikan masih terpisah.

“Ini tantangan besar karena saat ini base load Pulau Jawa hampir seluruhnya batu bara, perlu waktu untuk menghubungkan transmisi pertama setidaknya dari Sumatera, atau kalau bukan dari Kalimantan di masa depan, dan produksi hidrogeotermal mencukupi, transisi akan efektif. “ucap Tiko.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *