Musrenbang Digelar, Pj Gubernur Jabar: Landasan Perencanaan Pembangunan Jabar 20 Tahun ke Depan

BANDUNG – Rapat Perencanaan Pembangunan Daerah Kota (Muslemban) Jawa Barat digelar pada Senin (22 April 2024) di Kota Bandung. Musembang diselenggarakan dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun 2025-2045 dan Rencana Kerja Daerah (RKPD) tahun 2025.

Bey Makmuddin, Pj Gubernur Provinsi Jawa Barat, berharap Muslembang hari ini menjadi awal pembangunan Provinsi Jawa Barat lebih lanjut.

“Pelaksanaan Musembang ini merupakan langkah penting sebagai landasan rencana pembangunan Jabar 20 tahun ke depan,” kata Bey Makmuddin saat membuka Musembang Jabar di Trans Luxury Hotel Bandung.

Pak Bey juga menekankan hubungan dan koordinasi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan dalam proses pembangunan.

Ia mengatakan, dalam 20 tahun ke depan, dunia akan mengalami perubahan besar yang tentunya akan berdampak pada banyak aspek kehidupan, termasuk ekonomi, politik, masyarakat, dan lingkungan. Terdapat sembilan megatrend yang diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap Jawa Barat pada tahun 2045: demografi, sumber daya alam, populasi kelas menengah, keuangan internasional, urbanisasi, perubahan iklim, geopolitik dan geoekonomi, serta perdagangan internasional, kehancuran teknologi.

Salah satu isu yang muncul dalam mewujudkan Jabar Emas 2045 adalah pemanfaatan dividen demografi yang sudah dimulai dan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 dengan kapasitas produksi sebanyak 37,63 juta orang atau 66,26 persen.

“Dividen demografi ini akan menghasilkan sumber daya pembangunan yang berkualitas tinggi dan produktif.” Oleh karena itu, meningkatkan potensi positif ini memerlukan investasi yang tepat, kebijakan yang cerdas, tindakan berkelanjutan, dan lain-lain.

Oleh karena itu, penting bagi Musembang untuk menjaring masukan konkrit dari berbagai pemangku kepentingan, antara lain pimpinan DPRD, gubernur/walikota se-Jawa Barat, unsur organisasi daerah, Bapeda kabupaten/kota, perguruan tinggi, dan elemen masyarakat lainnya. Saat itu, Bapak Bey Makmuddin menyoroti keberhasilan indikator pembangunan ekonomi makro yang dicapai Provinsi Jawa Barat pada tahun 2023, antara lain Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang meningkat sebesar 0,61 poin dibandingkan tahun 2022 menjadi 74,24 poin.

Setelah itu, pertumbuhan PDB melambat 0,45 poin menjadi 5% dibandingkan tahun 2022, namun melampaui target sebesar 4,35%. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami penurunan sebesar 0,87 poin dibandingkan tahun 2022 menjadi 7,44 persen. Berikutnya, angka kemiskinan turun dari 8,06 persen menjadi 7,62 persen pada tahun 2022.

Ketimpangan pendapatan atau rasio Gini sebesar 0,425 poin dibandingkan 0,417 poin pada tahun 2022. PDB per kapita meningkat dari Rp 49,14 juta menjadi Rp 52,65 juta pada tahun 2022.

Ia mengatakan, “dari enam indikator daerah, empat indikator mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2022.

Sementara itu, terdapat enam tantangan strategis pembangunan daerah pada tahun 2025 hingga 2045. Yaitu ekonomi hijau dan biru, kualitas sumber daya manusia, kesenjangan antara pembangunan dan infrastruktur pelayanan dasar, keberlanjutan daya dukung dan daya tampung, keberlanjutan perencanaan wilayah dan kualitas lingkungan hidup. Tata Kelola.

Selain itu, tahun 2025 terutama akan dipengaruhi oleh perkembangan terkait pembangunan, seperti RPD 2024-2026 (masa transisi), UU No. dampak kondisi ekonomi yang tidak menentu Ada permasalahan besar lainnya. perekonomian dunia dan perekonomian nasional.

Oleh karena itu, tema Pembangunan Jabar tahun 2025 adalah pemerataan pembangunan untuk mendukung kemajuan masyarakat Jabar, ujarnya.

Bapak Bey Makmuddin kemudian menjelaskan tujuan indikator makroekonomi Jabar tahun 2025 yang diharapkan dapat tercapai. IPM diproyeksikan mencapai 74,39 poin, pertumbuhan ekonomi 4,96 persen hingga 5,37 persen, tingkat pengangguran terbuka (TPT) 6,42 persen hingga 6,99 persen, dan angka kemiskinan 5,85 persen hingga 6 persen. persen. Dengan demikian, Gini Ratio antara 0,419 hingga 0,425 poin dan pendapatan per kapita ditargetkan mencapai Rp 57,14 juta.

“Kami berharap Musembang ini dapat menjadi wadah yang berharga untuk menjaring masukan guna memastikan RPJPD 2025-2045 dan RKPD 2025 dapat diselesaikan, mempunyai pedoman yang berkualitas dan dilaksanakan dengan baik,” kata Bey.

Pengaruh birokrasi

Abdullah Azwal Anas, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, menegaskan birokrasi terkena dampaknya. Artinya, proses birokrasi harus mempunyai implikasi rasional bagi pembangunan yang lebih progresif.

“Kita tidak bisa lagi terikat pada tumpukan kertas, tapi kita harus mencapai produktivitas. Kita ingin birokrasinya agile, tapi hari ini tinggal enam langkah,” kata Azwar Anas.

Oleh karena itu, reformasi birokrasi merupakan kunci agar Indonesia dapat bersaing dengan negara maju lainnya, kata Azwal.

Dalam Musemban kali ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ingin memperbaiki kebijakan duplikasi birokrasi di daerah yang dapat menyebabkan pemborosan sumber daya manusia dan anggaran negara, dan penyederhanaan proses bisnis pun mau tidak mau harus dilakukan. Selain itu, digitalisasi birokrasi juga perlu dilakukan secara efektif.

“Muslembang jangan hanya sekedar proses teknokratis, tapi harus berdampak. Kita harus mengubah paradigma dari input centric menjadi result centric,” kata Azwar Anas.

Sementara itu, Ketua DPRD Jabar Tawfik Hidayat mengatakan, seluruh tujuan pembangunan hanya dapat tercapai melalui kerja sama dan persatuan antar pemangku kepentingan.

“Sesuai dengan kesepakatan yang telah kita sepakati, kami berkomitmen terhadap visi Jawa Barat pada tahun 2045: Provinsi Jawa Barat yang paling maju, berdaya saing global, dan berkelanjutan, dengan kerja sama dan perencanaan yang terkoordinasi dari seluruh pemangku kepentingan.” Visi ini hanya bisa kita wujudkan jika kita bisa berkoordinasi dan saling mendukung,” kata Tawfik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *