Terobosan Menteri Trenggono di Bidang Budidaya Perikanan Dinilai Tepat

JAKARTA – Langkah Menteri Kelautan dan Perikanan Shakti Wahyu Trenggono terhadap pengembangan budidaya perikanan berkelanjutan sebagai salah satu program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) harus didukung semua pihak.

Sektor akuakultur memerlukan kemajuan karena akuakultur akan memiliki masa depan sebagai solusi pemenuhan kebutuhan pangan, menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan mendukung kelestarian ekosistem laut.

“Saya kira gagasan Pak Menteri mengenai upaya perikanan harus didukung. Pertanian, khususnya marikultur (sea farming) bisa menjadi masa depan perikanan karena ke depan kita tidak bisa lagi mengandalkan pemanfaatan sumber daya alam atau penangkapan ikan, karena jika mereka jika terus dieksploitasi, “potensinya akan berkurang, potensi penangkapan ikannya sangat besar,” kata UD Nurul Ihsan, Dekan (Unpad) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas Padjadjaran, di Jakarta, Kamis (2/5). /2024).

Berdasarkan statistiknya, Indonesia memiliki sekitar 24 juta hektar lahan untuk mengembangkan budidaya laut. Dari angka tersebut, rata-rata penggunaan baru kurang dari 5%.

Selain potensi lahannya yang besar untuk budidaya perikanan, komoditas yang dapat dikembangkan juga beragam. Diantaranya lobster, abalon, kerapu, rumput laut bahkan tuna sirip kuning yang memiliki nilai jual tinggi di pasar domestik dan dunia.

KKP sendiri telah sukses mengembangkan perikanan di Indonesia. Salah satunya dengan membangun model budidaya berkelanjutan pada komoditas ekspor premium yaitu udang, rumput laut, dan nila asin yang saat ini beroperasi di Kebumen, Wakatobi, dan Karawang.

“Khusus ikan tuna, kita juga punya potensi untuk menghasilkan burung untuk tuna sirip kuning. Laut Banda, Bali Selatan, Jawa Barat, Sumatera, potensinya sangat besar. Kita bisa mengembangkan model budidaya dengan jaring hanyut keramba. Samudra My Gondola (Bali) “Rasanya bisa untuk budidaya tuna sirip kuning, mulai dari benur dan telurnya,” ujarnya.

Selain itu, UD mengapresiasi upaya Menteri Trenggono dalam menjalin kerja sama dengan negara-negara dengan teknologi akuakultur yang lebih maju seperti Vietnam dan Jepang untuk mendorong pengembangan akuakultur berkelanjutan di Indonesia. Langkah ini dibuktikan pada tahun 1970-an oleh Vietnam yang berani belajar dari negara-negara yang teknologi budidaya perikanannya lebih baik.

“Saya kira hal ini perlu kita tiru agar penangkapan ikan tidak stagnan atau mundur. Hal ini merupakan tantangan bagi para pemangku kepentingan perikanan, sehingga upaya menteri untuk menjadikan penangkapan ikan khusus di laut sebagai program prioritas patut disambut baik. Dukungan finansial melalui perbankan, investasi dari luar negeri “sangat bagus”, ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *